Urgensi Pengetahuan Evaluasi Tekstil
oleh: Eka argam satu hati
oleh: Eka argam satu hati
Teknologi finishing (Penyempurnaan tekstil) yang semakin maju memungkinkan para produsen tekstil/industri tekstil membuat kain yang seperti sutera padahal bukan sutera, memproses kain dalam larutan kimia tertentu sehingga sifatnya baik, memberi efek kilau, warna kilap dan langsai namun hanya bersifat sementara (ketika masih di produsen/toko) sehingga setelah sekali dicuci (di tangan konsumen) sifatnya berubah. Didukung berkembangnya teknologi serat sintetis yang semakin pesat sehingga sangat memungkinkan melakukan teknik mixing (pencampuran serat) pada komposisi struktur benang (serat alam dan sintetis) yang akan dibuat kain sehingga memiliki sifat sifat khusus. Ditambah lagi ketersediaan beragam obat bantu tekstil (zat-zat kimia), macam macam proses penyempurnaan tekstil, teknologi permesinan serta teknologi proses kimia tekstil sangat memungkinkan rekayasa sifat sifat kain, baik bersifat sementara (hilang setelah satu kali pencucian) maupun bersifat permanent (tidak hilang walaupun dicuci berkali kali).
Untuk itu konsumen tekstil perlu memiliki pengetahuan tentang kualitas bahan tekstil sehingga mampu memilih bahan tekstil yang tepat dan sesuai syarat-syarat penggunaan dan keinginannya. Pengetahuan tersebut antara lain pengetahuan sifat dan jenis serat tekstil, pegangannya, ketahanan luntur warna, tekstur, kenampakannya dan labelisasi tekstil. Berbagai pengetahuan tersebut akan sangat membantu konsumen tekstil untuk memilih bahan tekstil yang tersedia dalam beragam kualitas dari yang paling murah hingga yang sangat mahal dengan tepat dan terhindar dari penipuan serta kekeliruan pembelian baik dari aspek harga maupun kualitas.
Pengetahuan tentang kualitas dan pemilihan bahan tekstil ini tidak hanya penting bagi konsumen tekstil tetapi juga sangat diperlukan bagi para produsen, pedagang, pelajar, maupun akademisi. Bagi produsen pengetahuan kualitas bahan tekstil sangat penting untuk pedoman, pelaksaanaan dan pengambilan keputusan produksi. Bagi pedagang sangat berguna untuk memudahkan proses pemesanan dan pembelian dari produsen, pengenalan jenis mutu dan kualitas. Bagi pelajar dan akademisi pengetahuan kualitas bahan tekstil sangat penting untuk pengembangan keilmuan seperti kegiatan eksperimen dan penelitian.
Pemilihan kualitas bahan tekstil pada umumnya dilakukan dengan metode:
1. Metode uji sensoris
Metode ini biasanya dilakukan oleh konsumen tekstil (masyarakat umum) ketika membeli bahan tekstil dari toko, pasar, pedagang atau lainnya. Dalam memilih bahan tekstil biasanya konsumen melakukan dengan cara dilihat, dipegang, diraba, diremas, diterawang, dibentang dan lainya yang hanya mengandalkan kemampuan panca indera manusia. Disamping itu biasanya konsumen juga melihat berdasar struktur harga (semakin mahal semakin baik), merk yang telah dikenal dan lainnya. Validitas metode uji sensoris ini sangat tergantung pada pengalaman si konsumen
2. Metode uji teknis/ laboratories
Metode ini dilakukan oleh para produsen (industri), pedagang, akademisi dan pelajar untuk menentukan kualitas bahan tekstil. Metode uji teknis/laboratories ini memerlukan peralatan pengujian, standar pengujian, ruang pengujian di samping kemampuan panca indera. Untuk pengujian teknis ini dibedakan menjadi pengujian secara fisika dan pengujian secara kimia. Hasil pengujian teknis ini dapat dipertanggungjawabkan dan memiliki tingkat validitas yang tinggi serta memenuhi standar-standar kualitas (SII/SNI, ISO, JIS, ASTM, AATCC dll) yang berlaku pada tingkat lokal, nasional dan internasional
Proses Penyempurnaan Tekstil.
oleh: Eka argam satu hati
Proses penyempurnaan tekstil ini pada umumnya terbagi menjadi 3 tahapan yaitu:
1. Proses Persiapan penyempurnaan (Pre Treatment)
Dalam proses persiapan penyempurnaan ini bahan tekstil yang masih mentah (kain grey) diolah menjadi kain putih sehingga dapat diproses lanjut celup, cap ataupun finishing agar memenuhi standar kualitas yang diharapkan.
2. Proses Pencelupan dan Pencapan
Pada proses ini dilakukan proses pemberian warna dan motif pada bahan tekstil sehingga bahan memiliki warna dan motif tertentu.
3. Proses Finishing (penyempurnaan khusus)
Pada proses ini dilakukan pengolahan bahan tekstil agar memiliki sifat-sifat khusus sehingga memenuhi syarat-syarat penggunaan tertentu seperti anti kusust, anti air, anti susut, anti api, anti bakteri, efek creep, efek kilap dan lainnya.
PENGETAHUAN TEKSTIL
Oleh: Eka argam satu hati
Tekstil adalah bahan yang berasal dari serat yang diolah menjadi benang atau kain sebagai bahan untuk pembuatan busana dan berbagai produk kerajinan lainnya. Dari pengertian tekstil tersebut maka dapat disimpulkan bahwa bahan/produk tekstil meliputi produk serat, benang, kain, pakaian dan berbagai jenis benda yang terbuat dari serat. Pada umumnya bahan tekstil dikelompokkan menurut jenisnya sebagai berikut:
- Berdasar jenis produk/bentuknya: serat staple, serat filamen, benang, kain, produk jadi (pakaian / produk kerajinan dll)
- Berdasar jenis bahannya: serat alam, serat sintetis, serat campuran
- Berdasarkan jenis warna/motifnya: putih, berwarna, bermotif/bergambar
- Berdasarkan jenis kontruksinya: tenun, rajut, renda, kempa. benang tunggal, benang gintir
Pengetahuan tentang jenis dan sifat serat tekstil merupakan modal dasar bagi mereka yang akan terjun di Industri tekstil dan fashion Pengetahuan tentang jenis dan sifat serat tekstil sangat diperlukan untuk mengenali, memilih, memproduksi, menggunakan dan merawat berbagai produk tekstil seperti serat, benang, kain, pakaian dan tekstil lenan rumah tangga lainnya. Karakteristik dan sifat bahan tekstil sangat ditentukan oleh karakteristik dan sifat serat penyusunnya. Disamping itu sifat-sifat bahan tekstil juga dipengaruhi oleh proses pengolahannya sperti dari serat dipintal menjadi benang, dari benang ditenun menjadi kain kemudian dilakukan proses penyempurnaan hingga menjadi produk jadi. Oleh karena itu untuk memahami lebih jauh tentang bahan tekstil diperlukan pengetahuan tentang karakteristik dan sifat berbagai jenis serat dan teknik pengolahannya menjadi bahan tekstil.
Untuk lebih jelasnya proses pengolahan mekanik dan kimia dari serat menjadi produk tekstil dapat dilihat pada tabel berikut.
Proses Produksi | Teknologi | Hasil | |
Mekanik | Kimia | ||
Serat Alam | Pertanian (kapas, yute,linen) Peternakan (sutera, wool) | Pupuk Organik Nonorganik | Serat alam seperti sutera, kapas, wool, yute, linen, sisal dll |
Serat Sintetis | Pemintalan leleh Pemintalan kering Pemintalan basah | Polymerisasi | Filamen/staple serat polyester , nilon, rayon, Benang nylon, polyester |
Benang Bahan dari serat alam dan serat campuran dalam bentuk serat pendek(staple) | Pemintalan Mesin Blowing, Carding Drawing, ring spinning/sistem rotor. | Tidak membutuhkan zat kimia secara signifikan | Benang kapas, benang sutera, benanhg wool, benang campuran (alam dan sintetis) |
Kain tenun/rajut | Mesin Penganjian Mesin warping, mesin cucuk, Mesin tenun, Mesin rajut, Mein tenun jacquard, dobby dsb | Proses penganjian dengan kanji sintetis dan kanji alam | Kain grey tenun Kain rajut |
Kain non woven | Mesin kempa (mesin pres) | Resin, kimia analisis, kimia organic, polimer. Proses kimia, | Kain non woven Seperti kulit sintetis dsb |
Pewarnanaan (Pencelupan dan Pencapan) | Mesin Cap (screen printing dll), Mesin celup (padding, Jigger Box, Jet dyeing dll ), | Teknologi zat warna, Kimia Tekstil, obat Bantu, kimia fisika, kimia analisis | Kain berwarna Kain bermotif |
Finishing (penyempurnaan) sebagain proses dilakukan sebelum proses pewarnaan ( Proses bakar bulu, desizing,bleaching,scouring) | Mesin penyempurnaaan, bakar bulu, desizing, bleaching, scouring, pemasakan, mesrcerisasi , mesin sanforis, spreading, heat setting, anti air, anti susut | Kimia Tekstil, Resin, bioteknologi, kimia organic, kimia fisika,kimia analisis | Kain halus, berkilau , langsai, kain dengan tujuan khusus anti api, anti air, kain dengan sifat sifat khusus.dsb |
Pakaian (Garmen) | Pembuatan disain, pola, Mesin jahit, pasang kancing, mesin potong, mesin prres | Tidak ada proses kimia secara signifikan | Pakaian , kemeja , celana |
Karakteristik dan sifat serat juga sangat menentukan proses pengolahannya baik dari sisi penmilihan peralatan , prosedur pengerjaan maupun jenis zat-zat kimia yang digunakan. Selama proses pengolahan tekstil sifat-sifat dasar serat tidak akan hilang. Proses pengolahan tekstil hanya ditujukan untuk memperbaiki, meningkatkan, menambah dan mengoptimalkan sifat dasar serat tersebut sehingga menjadi bahan tekstil berkualitas sesuai tujuan pemakaiannya.
Tidak semua jenis serat dapat diproses menjadi produk tekstil. Untuk dapat diolah menjadi produk tekstil maka serat harus memiliki sifat-sifat sebagai berikut
1. Perbandingan panjang dan lebar yang besar
2. Kekuatan yang cukup
3. Fleksibilitas tinggi
4. Kemampuan Mulur dan elastis
5. Cukup keriting agar memiliki daya kohesi antar serat
6. Memiliki daya serap terhadap air
7. Tahan terhadap sinar dan panas
8. Tidak rusak dalam pencucian
9. Tersedia dalam jumlah besar
10. Tahan terhadap zat kimia tertentu
Three main methods are used to produce the continuous filaments (primary spinning):
1. Melt spinning
Melt spinning: The polymer is melted in a melt-extruder. The liquid is forced through the
spinner opening under pressure and cooled by a jet of air to form the filament. A spinning
preparation (spin finish) is generally applied at the bottom of the spinning duct. The melting
process is suitable for thermoplastic fibres such as polyester, polyamide, polyolefins (e.g.
polypropylene) and glass fibre.
2. Dry spinning
Dry spinning: The polymer is dissolved in a solvent. The dissolved polymer is extruded through
a spinneret into a chamber of heated air or gas where the solvents evaporates and the filament
forms. This filament is further after-treated with a spin finish. The dry spinning process is
principally used for acetate, triacetate and polyacrilonitrile.
3. Wet spinning.
Wet spinning: The polymer is dissolved in solution. The solution is forced under pressure
through an opening into a liquid bath in which the polymer is insoluble. As the solvent is
dissipated the fibre forms. The solvent can be dissipated through extraction or by means of a
chemical reaction between the polymer solution and a reagent in the spinning bath (reactive
spinning). The residual solvent can be extracted by simple washing. After the thread is formed
and the solvent is washed out, a spin finish can be applied. Wet spinning produces viscose,
acrylic fibres.
Manmade fibres are typically extruded into continuous filaments. The continuous filaments can
then be:
- Used directly (in general, following further shaping or texturing)
- Cut into staple length and then spun in a process resembling the one used for wool or cotton.
Following primary spinning, the applied treatments vary, depending on the final product and the
processed fibre. Two simplified process sequences can be identified for this stage:
- Process for the manufacturing of continuous filament in flat or texturised form
- Process for the manufacturing of staple fibres.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar